ALAMAT GEREJA

Jl. Semeru 30 | Jl. Arif Margono 18
Telp. (0341) 366099 | (0341) 361949 | Fax. (0341) 325597
Email: gkkkmalang@yahoo.com | Admin blog: gielmanogi@gmail.com


Senin, 29 Juli 2013

Ringkasan Khotbah - Hamba Yang Menderita

HAMBA YANG MENDERITA
Yesaya 52:12-53:12; Markus 10:45

Ringkasan Khotbah Pdt. Gindo Manogi – Minggu, 9 Maret 2013

Tidak ada orang yang memiliki cita-cita menjadi doulos atau budak. Mengapa?  Karena menjadi orang yang berada di bawah tidak enak. Sebaliknya, kita menginginkan menjadi orang yang berada di atas.
Jika demikian, kita bisa saja menganggap wajar sikap dan keinginan para murid ketika mereka memperdebatkan tentang siapa yang terbesar dan kedudukan yang akan mereka dapatkan di dalam kerajaan surga. Namun Tuhan Yesus justru menjawab bahwa yang terbesar adalah yang menjadi pelayan, sambil mengingatkan mereka bahwa kedatangan-Nya ke dalam dunia adalah melayani, bahkan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. "Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."Dari Markus 10:45 ini, jelas terlihat bahwa tujuan Yesus datang ke dalam dunia adalah untuk melayani atau menjadi hamba. Hal itu telah dinubuatkan oleh Tuhan, sejak di Perjanjian Lama. Salah satunya, dalam perikop yang kita baca tadi.
Akan tetapi, sejak awal pula, berita itu tidak gampang untuk bisa diterima oleh manusia (Yesaya 53:1). Mereka berpendapat, “Mungkinkah Allah bisa menjelma menjadi manusia? MungkinkahAllah menghambakan diri-Nya sedemikian rupa, bahkan sampai mati di kayu salib? Hal itu tidak mungkin dilakukan oleh Allah yang maha mulia! Itu merupakan penghinaan terhadap Allah." Kisah inkarnasi Yesus telah meruntuhkan semua logika manusia. Cara inkarnasi inilah yang ditempuh oleh Allah untuk menyelamatkan manusia.
Ketika kita memikirkan tentang Tuhan, harus kita akui bahwa Allah melampaui akal manusia. Dia maha segala-galanya. Karena itu, ketika memikirkan tentang Allah, kita harus mengakui ketidakmampuan kita untuk memikirkan rencana dan pikiran Allah. "Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu" (Yesaya 55:9; bdk. Roma 11:33-34). Jalan salib adalah jalan yang dipilih oleh Allah.

IDENTITAS SANG HAMBA
Yesaya memperkenalkan sosok Sang Hamba sebagai pribadi yang sederhana. "Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya" (ayat 2). Demikianlah Yesus hadir sebagai pribadi yang sederhana dan tidak memukau: lahir di kandang domba, berjalan kaki, tidak disertai oleh sepasukan pengawal penjaga, tidak memakai mahkota, senjata perang. Yesus juga tidak tampil di dunia politik: tidak ada massa pendukung, partai pendukung, donatur. Sebaliknya, Ia tidak memiliki tempat untuk menaruh kepala-Nya.
Hal ini menjadi teladan buat kita, yakni agar kita merendahkan hati, sebagaimana Yesus merendahkan diri, bahkan taat sampai mati di kayu salib.

MISI SANG HAMBA
Dalam ayat 3-7, dijelaskan tentang misi yang diemban oleh Sang Hamba. Ia menjadi pengganti bagi manusia yang telah berdosa. Dia tahu bahwa misi-Nya ini merupakan tugas yang berat. Ia menderita. Akan tetapi, Ia mengerjakannya dengan taat, walau pun itu meremukkan dan menghancurkan diri-Nya. Ia melaksanakan tugas itu dengan penuh cinta kasih.
Ini menjadi teladan bagi kita untuk kita belajar taat. Memang harus diakui ada perintah Tuhan yang “bisa dilaksanakan dengan gampang” tapi ada juga perintah Tuhan yang berat untuk dilaksanakan. Yang penting bukanlah perintah itu ringan atau berat. Tapi bagaimana kita taat dengan sungguh-sungguh. Jikalau kita taat, justru kita semakin kuat. Kita bisa bersukacita dan dilingkupi oleh damai sejahtera.

KEMENANGAN SANG HAMBA
Dalam Yesaya 52:13 disebutkan, “Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan” (lihat juga Yesaya 53:10-12). Tuhan sudah menyatakan bahwa Sang Hamba itu berhasil. Walaupun Ia terlihat hancur, tapi Ia tidak kalah. Ia bangkit dari antara orang mati. Ia mengalahkan maut. Ia menang.
Dengan demikian, kemenangan Sang Hamba menjadi kemenangan bagi orang percaya juga. Dalam 1 Ptrus 1:5 dinyatakan, “Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.” Tuhan memelihara kita dengan kekuatan-Nya hingga pada akhir zaman. Karena itu, marilah kita berserah dan bersandar pada Allah, bukan pada kekuatan uang, diri sendiri maupun kepandaian kita.

Kekuatan kita terbatas, tapi, kekuatan Allah tidak terbatas. Dia, yang empunya kekuatan yang tak terbatas itulah yang memelihara kita sampai selamanya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar