SOLA
GRACIA
(Kisah
Para Rasul 9 : 1 - 22)
Ringkasan
Khotbah Pdt. Tikijo Hardjowono - Minggu, 06 Oktober 2013
Oktober adalah bulan REFORMASI. Tema bulan REFORMASI kita
kali ini adalah: "REFORMASI GEREJA dan TRANSFORMASI HIDUP" Kebenaran yang diperjuangkan para reformator:
Sola Gracia, Sola Scriptura dan Sola Fide itu hendaknya bukan hanya kita
kenali, tetapi mengubah hidup saudara dan saya untuk semakin menuhankan
Kristus.
Minggu pertama ini tema kita SOLA GRACIA: ANUGERAH Yang
MENGUBAH, saya ingin mengajak saudara hari belajar tentang pertobatan Paulus.
Siapakah Paulus?
Alkitab mencatat bahwa Paulus adalah seorang Yahudi, Suku
Benyamin, lahir di Tarsus di tanah Kilikia, tetapi dibesarkan di Yerusalem. Dia
belajar hukum Taurat di bawah didikan Gamaliel. Paulus kemudian menjadi seorang
Farisi (kelompok yang secara ketat mentaati hukum Taurat) dan bahkan mungkin
menjadi anggota Sanhedrin (Majelis Hukum Agama Yahudi, cf. Kis. 26:10). Sebelum
bertobat dia adalah seorang yang "giat" bagi TUHAN: di menganiaya
pengikut-pengikut Jalan Tuhan (yang dianggapnya sesat) sampai mereka mati;
laki-laki dan perempuan kutangkap dan kuserahkan ke dalam penjara (Kis.22:4)
Pertobatan Paulus terjadi sekitar tahun 30M. Ketika ia
bertemu dengan Tuhan Yesus Kristus di dekat kota Damsyik. Paulus sedang
mengejar orang-orang Kristen untuk menangkap mereka ke kota itu, ketika Tuhan
Yesus menampakkan dirinya di jalan dalam cahaya yang terang dan memanggil
Paulus untuk bertobat dan menjadi utusannya (Kis.9:3-6).
Peristiwa itu
menjadi titik balik hidup Paulus; dari seorang penganiaya orang Kristen menjadi
pemberita Injil dan pembela Iman Kristen. Peristiwa itu melekat sangat erat
dalam hati dan pikiran Paulus, sehingga ia menceritakannya berkali-kali dalam
surat dan kesaksiannya. Dia meceritakan betapa besar Augerah Tuhan yang
mengubahkan hidupnya.
Lukas mencatat dalam Kisah Para Rasul bahwa Paulus
menceritakan lagi kisah pertobatannya itu kepada bangsanya: orang-orang Yahudi
di Yerusalem dalam kunjungannya yang terakhir ke sana (± th 57/58 M, Kis.22).
Dan sekali lagi dalam kesaksiannya kepada Agripa dan Festus: para penguasa
Romawi di Kaisarea ketika ia dipenjara sementara menunggu banding kepada kaisar
di Roma (± 58/59M, Kis.26).
Dia juga menyinggungnya dalam suratnya kepada jemaat
Galatia (± 48M) yang ditulisnya di Anthiokia (Gal.5:11-17), dan sekali lagi
dalam suratnya yang pertama pada jemaat Korintus (1Kor.15:3-10) yang ditulisnya
di Efesus (± 55M).
Dalam semua kesaksian dan suratnya itu nyatalah bahwa
bagi Paulus:
1. Pertemuan pribadi dengan KRISTUS adalah moment terpenting
dalam hidupnya: Keselamatan dan Panggilan adalah ANUGERAH ALLAH. Itu mengubah semua konsep
pikirannya. Dia menyadari bukan dia yang menemukan Tuhan, tetapi Tuhanlah yang
menemukannya! Bahkan ketika ia menganiaya Tuhan, Tuhan datang mengasihi,
mengampuni dan memanggilnya menjadi hamba-Nya. Itulah hakekat iman Kristen,
bukan kita mengasihi Tuhan tetapi DIA mengasihi kita.
2. Sangat jelas bahwa: ANUGERAH itu diterimanya untuk sebuah
TUJUAN: MENJADI BERKAT, Membawa INJIL KESELAMATAN bagi semua bangsa.
Itu mengubah seluruh perjalanan hidupnya, dia menemukan arah/tujuan hidup yang
dikehendaki Tuhan baginya.
Tujuan hidup orang percaya: menjadi garam dan terang
dunia! Bukan hanya mempunyai kedudukan, kepandaian dan kaya-raya! Keberhasilan
kita adalah jikalau maksud Tuhan terlaksana dalam hidup kita.
Semua yang terjadi dalam hidup kita: baik-buruk,
susah-senang, berhasil-gagal dalam terang ANUGERAH ini adalah untuk kebaikan
kita. Melaluinya kita dibentuk menjadi serupa dengan gambar ANAKNYA, menjadi
berkat bagi dunia!
3. ANUGERAH itu SANGAT BESAR. Dia terus menerus mengingatnya, dia
terus menerus merasakannya, "Anugerah itu terus menerus bekerja didalam
aku" Tekad Paulus: Kasih Karunia itu TIDAK AKAN SIA-SIA!
Menurut tradisi Paulus mengakhiri hidupnya dengan dibunuh
dengan dipenggal di Roma oleh kaisar Nero pada pertengahan tahun 60-an. Dia
menyerahkan separuh hidupnya bagi ANUGERAH yang MENGUBAH HIDUPNYA itu. Dia mati
sebagai orang yang tidak menyia-nyiakan ANUGERAH TUHAN dalam hidupnya. Dia mati
dengan sukacita.
Kalau saudara
dan saya mati hari ini bersukacitakah saudara? Atau kita mati sebagai seoarang
yang menyia-nyiakan Anugerah Keselamatan yang sudah kita terima dalam Kristus
ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar