DILUPAKAN
MANUSIA TAPI DIINGAT ALLAH
Kejadian 40
Ringkasan
Khotbah Pdt. Gindo Manogi - Minggu, 12
Januari 2014
Ketika seseorang sedang menghadapi sebuah
kesusahan dan pergumulan, maka jika ada “janji pertolongan” maka itu seperti
air yang segar di tengah padang gurun. Namun, hal itu akan menjadi sebuah kesedihan dan kehancuran ketika janji itu
tidak kunjung tiba. Kondisi yang seperti itulah yang dialami oleh Yusuf dalam
Kejadian 40.
Yusuf meminta pertolongan kepada juru minuman itu
ketika ia menafsirkan mimpinya, “Tetapi, ingatlah kepadaku, apabila
keadaanmu telah baik nanti, tunjukkanlah terima kasihmu kepadaku dengan
menceritakan hal ihwalku kepada Firaun dan tolonglah keluarkan aku dari rumah
ini” (ayat 14).
Mengapa Yusuf meminta tolong kepada juru minuman
tersebut? Karena jabatan “juru minuman” adalah jabatan yang penting di dalam
sebuah kerajaan. Juru minuman bertugas untuk mencicipi minuman raja sebelum diminum
oleh raja. Tujuannya, supaya keselamatan raja terjaga dan terlindungi dari
orang-orang yang bermaksud jahat. Dengan demikian, jika ada orang yang mau
meracuni raja, maka yang duluan mati adalah juru minuman ini. Karena itu,
seorang juru minuman adalah seorang yang dapat dipercaya, jujur dan dekat
dengan raja.
Apakah permintaan Yusuf ini sesuatu yang aneh? Oh
tentu tidak, malah sesuatu yang sangat logis. Yusuf melihat bahwa kedudukan
juru minuman ini bisa menolong dirinya untuk keluar dari penjara itu. Yusuf
melihat ada peluang di dalamnya.
Akan tetapi, semuanya berubah. Harapan dan
rencana tidak terjadi. Juru minuman itu tidak mengingat Yusuf. “Tetapi Yusuf
tidaklah diingat oleh kepala juru minuman itu, melainkan dilupakannya” (ay.
23). Alkitab tidak menyebutkan penyebab kelupaan dari juru minuman tersebut.
Jika kita berada di posisi Yusuf, kita mungkin
bisa menjadi kecewa dan putus asa. Mungkin, kita pun merasa semakin terpuruk
dalam kesedihan. Kita pun mungkin merasa tidak ada harapan lagi. Dalam situasi
yang seperti ini, bagaimana kita menyikapinya? Bagaimana Yusuf menyikapi hal
itu? Ada hal yang menarik yang bisa kita pelajari dari perjalanan hidupnya
Yusuf.
1. Tetap percaya pada
pengaturan Tuhan bahwa Tuhan mempunyai rencana yang baik bagi kita.
Kalau kita membaca Kejadian 41:1, maka kita tahu
bahwa Yusuf dilupakan oleh juru minuman itu selama 2 tahun, karena di dalam
pasal ini dicatat bahwa juru minuman itu baru teringat kembali dengan Yusuf.
Waktu selama 2 tahun bukanlah waktu yang singkat. Ini adalah waktu yang lama,
mengingat Yusuf berada di dalam keadaan yang tidak nyaman. Tapi, Yusuf adalah
orang yang percaya pada pengaturan Tuhan. Hal itu terlihat dengan jelas dalam
Kejadian 50:20, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku,
tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan
seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”
Yusuf tetap percaya bahwa di dalam segala peristiwa yang buruk yang dialaminya,
justru Tuhan bekerja dengan luar biasa. Tuhan membentuk dan melatih imannya
menjadi iman yang semakin kuat dan tangguh.
Yusuf percaya bahwa jikalau belum waktunya, maka
hal itu tidak akan terjadi. Ia percaya Allah bekerja di dalam segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan bagi hidupnya. Sesudah 2 tahun, Allah mau
mengerjakan sesuatu yang besar melalui hidup Yusuf, yakni Tuhan memakai Yusuf
untuk menafsirkan mimpi firaun, dan melalui peristiwa ini, Tuhan mengangkat
Yusuf ke tempat kedudukan yang tinggi.
Jika demikian, apakah salah meminta pertolongan
dari orang-orang tertentu? Tentu tidak salah, karena Tuhan bisa memakai
orang-orang yang berkedudukan untuk membantu kita. Namun, yang menjadi salah
adalah apabila kita mengandalkan dan menaruh harapan kita pada
orang itu. Setelah 2 tahun lupa, sekarang ia ingat. Tuhan mengingatkan juru
minuman tersebut untuk menafsirkan mimpi firaun. Tentu saja, ini bukan suatu
kebetulan karena bagi Tuhan tidak ada faktor kebetulan. Silahkan perhatikan
juga Ester 6.
Jangan mengandalkan manusia. Jangan biarkan
situasi mempengaruhi iman kita. Sebaliknya, tetaplah percaya pada Allah yang
bisa mengatur dan mengendalikan situasi apa pun.
2. Tetap percaya bahwa Tuhan
menyertai kita.
Penyertaan Tuhan bukan berarti tidak ada masalah.
Kalau kita membaca kisah hidup Yusuf, maka kita disadarkan bahwa sesungguhnya
Tuhan selalu menyertainya, namun ia pun tetap memiliki pergumulan. Silahkan
lihat Kejadian 39:1-2; 20-21. Alkitab memberikan catatan yang sangat jelas
tentang penyertaan dan kehadiran Tuhan ketika Yusuf berada di rumah
Potifar menjadi seorang budak dan berada di penjara ketika menjadi
tawanan. Tuhan hadir di tengah-tengah pergumulan yang dihadapinya.
Hal yang sama juga terjadi di dalam kehidupan
kita. Tuhan hadir di tengah-tengah pergumulan yang kita hadapi. Karena itu,
ingatlah bahwa Allah tidak pernah melupakan dan meninggalkan kita. Ia selalu
ada dan menyertai kita sekalian. Manusia bisa saja melupakan kita, tapi Allah
tidak pernah melupakan kita. Karena itu, andalkanlah dan percayalah pada Allah.
Ini menjadi pondasi iman kita yang sangat kuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar