IMAN DAN BUDAYA DALAM KELUARGA KRISTEN
Kolose 2:16-23
Ringkasan Khotbah
Ev. Lim Ka Hok - Minggu, 09 Februari 2014
Bagaimana kita menyikapi budaya dalam
keluarga Kristen, khususnya Imlek? Imlek adalah perayaan orang China
memperingati musim semi yang tahun ini 2565. Imlek berkaitan dengan shio,
ronde, lampion, elemen-elemen dunia, gambar dewa. Orang China memiliki banyak
cerita kebudayaan, tradisi, cara hidup yang menarik. Ada dua pemikir besar yang
mempengaruhi pemikiran orang China, yaitu Lauze dan Kong Fu Cu. Kong Fu Cu
seorang yang luar biasa. Dia meneruskan tradisi, percaya thien, menghormati arwah
leluhur. Kong Fu Cu mengajarkan anak-anak
agar berbakti dan menghormati orang tua yang sudah meninggal, dengan berkabung
selama 3 tahun. Kebudayaan orang China begitu kuat. Kita boleh belajar
tehnologi ke Barat , tetapi dalam hal etika dan filosofi, China mempunyai
nilai-nilai yang agung.
Bagaimana kita sebagai orang Kristen
menyikapi kebudayaan, cara hidup dan kepercayaan yang ada? Bagaimana pandangan
Allah mengenai hal ini? Dan bagaimana pergaulan kita dengan Dia?
Jemaat kolose dipengaruhi dua
lingkungan yaitu, pertama: Yunani, yang mempercayai bahwa tubuh
ini tidak penting tetapi roh itu penting karena akan kembali ke ilahi, sehingga
pengetahuan itu lebih penting dari pada
tubuh. Kedua: Yahudi, yang mengatakan ada malaikat dan tata cara
untuk lebih dekat kepada Tuhan. Paulus mengatakan kita telah mati dan bangkit
bersama Kristus.
Bagimana kita menyikapi tradisi dan
kebudayaan secara Alkitabiah? Ada beberapa pandangan mengenai hal ini: pertama,
Alkitab direndahkan sedangkan kebudayaan dijunjung tinggi, sehingga masih
percaya zodiak dan ramalan; kedua, Alkitab dijunjung tinggi tapi
kebudayaan diabaikan; ketiga, meremehkan Alkitab dan kebudayaan,
karena bagi mereka yang penting adalah otak dan pengetahuan; keempat,
Alkitab dan kebudayaan sama-sama penting. Seorang ahli dalam studi Alkitab
menyatakan bahwa setiap kebudayan harus diuji dengan Alkitab. Pada
umumnya kebudayaan itu baik, tetapi karena manusia jatuh dalam dosa, sehingga
ada kebudayan yang jahat. Oleh sebab itu, kebudayaan harus dievaluasi dengan kebenaran, keadilan
dan etika moral. Dalam kebudayaan China, ada yang baik, ada yang netral, tapi
ada juga yang tidak baik. Contohnya: menghormati orang tua. Dalam hukum Musa
yang kelima mengatakan kalau “kita menghormati orangtua, ada berkat umur
panjang dan berkecukupan.” Ajaran Alkitab dan Kong Fu cu dalam hal menghormati
orang tua itu benar dan harus dipraktekkan. Jika ada kebudayaan yang tidak
bertentangan dengan Alkitab lakukanlah. Tetapi ada yang tidak dapat kita
lakukan, seperti memberi persembahan kepada roh nenek moyang. Untuk menolak
kebudayaan yang tidak kita setujui haruslah dilakukan dengan sopan dan lemah
lembut. Katakan dengan bijaksana, jangan kasar dan menghina.
Bagaimana dengan iman dan kebudayaan
dalam keluarga? Pertama, iman kepada Yesus harus dipraktekan dalam
keluarga. Kehidupan Kristen tidak mungkin terjadi tanpa kasih kepada Tuhan
Yesus. Yesus adalah pribadi yang paling layak dikasihi. Tetapi pada
kenyataannya banyak orang Kristen lebih mengasihi yang lain dari pada Tuhan
Yesus, seperti kesenangan, kekayaan dan lainnya. Tuhanlah yang menciptakan dan
memelihara alam semesta yang luar biasa ini. Bukan hanya itu, Dia adalah
pribadi yang baik dan juga rendah hati. Dalam Yohanes 13, Tuhan mencuci kaki
murid-murid-Nya. Dia bukan pura-pura dan bergaya rendah hati, tetapi Dia
benar-benar rendah hati. Tradisi pada waktu itu orang yang mencuci kaki adalah
orang rendahan. Sebab itu, iman dalam keluarga Kristen harus dimulai dengan
orang tua yang saleh. Kedua, iman ditularkan dengan gaya hidup
yang penuh cinta kasih. Kasih itu penting. Howard Hendrik, seorang profesor
pendidikan, berkata, “Saya tidak tahu nanti anak saya akan mengenang saya
sebagai apa, tetapi saya ingin anak saya mengenang saya sebagai orang yang
mengasihi mereka.” Saya harap orang tua tidak malu menyatakan kasih kepada
anak-anak mereka di depan umum, bersama-sama berdoa dan bersyukur akan
anak-anak mereka. Kasih itu harus dipraktekkan, perlu diperlihatkan dan harus
menjadi pola. Kita harus mencintai tanpa syarat. Jika ada anak kita hamil di
luar nikah atau terkena narkoba, kita harus tetap mengasihi mereka tanpa
syarat. Kita tidak dapat mengubah garis keturunan kita, tapi kita bisa
mempengaruhi anak cucu kita dengan mempraktekkan kasih Kristiani.
Kita harus mempunyai gairah terhadap
Yesus. Bukan gairah terhadap agama atau ceremonial agama. Tetapi dengan
bergairah akan Yesus kita akan membaca, berdoa dan mempraktekkan firman Tuhan
dengan benar. Jadilah orang tua yang hangat, yang bisa meminta maaf, menerima
bagaimana pun keberadaan anak-anak kita dengan penuh kasih. Kasih itu harus
dipraktekkan dan ditularkan. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar