ALAMAT GEREJA

Jl. Semeru 30 | Jl. Arif Margono 18
Telp. (0341) 366099 | (0341) 361949 | Fax. (0341) 325597
Email: gkkkmalang@yahoo.com | Admin blog: gielmanogi@gmail.com


Senin, 24 Maret 2014

Ringkasan Khotbah Ev. Dyah Pamitra, "Dari Miskin Menjadi Kaya" - Minggu, 16 Maret 2014

DARI MISKIN MENJADI KAYA DALAM KEMURAHAN
2 Korintus 8:1-9

Ringkasan Khotbah Ev. Dyah Pamitra - Minggu, 16  Maret  2014

Latar belakang perikop ini adalah ketika jemaat di Yerusalem mengalami kekurangan dan sangat membutuhkan bantuan. Ada dua jemaat yang memberikan respons yang berbeda. Jemaat di Korintus yang berada di kota besar dan kaya, tapi tidak memberi bantuan kepada jemaat Yerusalem yang kekurangan. Sebaliknya jemaat di Makedonia, dengan derajat kemiskinan yang parah, justru memberikan bantuan untuk jemaat di Yerusalem. Perbedaan ini dipengaruhi oleh perbedaan pemahaman mereka tentang kasih karunia.

Apa yang dimaksud dengan kasih karunia?
Kata “kasih karunia” berasal dari kata charis. Pada ayat 1, Paulus berkata, “Saudara-saudara, aku mau memberi tahu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia.” Kata ini berarti pemberian dari pihak yang lebih tinggi kepada pihak yang lebih rendah yang sebenarnya tidak layak menerima pemberian tersebut. Yang dimaksud oleh Paulus adalah anugerah keselamatan yang diberikan oleh Allah. Tetapi charis juga berarti reaksi/respons atas kasih karunia yang telah kita terima dari Allah.  Ketika kita menerima charis, maka kasih karunia Allah itu secara aktif bekerja, mendorong orang percaya untuk  meneruskan tindakan-tindakan kasih kepada orang lain.

Bagaimana caranya kita bisa menyatakan kasih karunia Allah kepada orang lain?
Jemaat Makedonia pada saat itu mengalami penderitaan yang sangat berat. Tetapi kasih karunia Allah mengerjakan 2 hal dalam kehidupan mereka: ayat 2 mengatakan mereka tetap bersukacita di tengah penderitaan; ayat 3-5 berkata mereka tetap menyatakan kasih karunia Allah dalam bentuk kemurahan. Dalam kemiskinan dan aniaya yang mereka alami, mereka mendesak Paulus untuk bisa memberikan bantuan kepada jemaat di Yerusalem. Kasih karunia itu meminta orang percaya untuk menyatakan kemurahan hati, bantuan bagi sesama yang membutuhkan.
Jika charis itu perlu dinyatakan dalam perbuatan kasih, mengapa banyak orang Kristen tidak melakukannya?

Penghalang bagi kemurahan hati
Apa yang membuat mereka tidak memberi? Apakah jemaat di Korintus tidak baik? Mereka baik. Pada ayat 7 kita lihat mereka sudah melakukan banyak hal. Mereka berkhotbah, fasih berbicara, mereka terus belajar agar punya pemahaman teologi yang baik, pengetahuan, kesungguhan untuk membantu, dan mengasihi hamba Tuhan. Mereka giat melayani dan belajar banyak hal, tetapi Paulus berkata “ada satu yang kurang dari jemaat korintus.” Mereka melupakan, bahwa kasih karunia itu juga perlu dinyatakan dalam bentuk materi, dengan pemberian.
Paulus berkata “Hendaklah kamu juga kaya dalam pelayanan kasih ini.” Perkataan serupa juga pernah dikatakan Tuhan Yesus kepada seorang pemuda kaya. Pemuda ini sudah melakukan isi hukum taurat tetapi masih ada satu yang kurang karena dia keberatan untuk memberi kepada orang yang membutuhkan, sebab hartanya banyak. Dengan demikian, kita bisa melihat bahwa salah satu penghalang adalah karena kita memandang iman dan harta sebagai dua hal yang terpisah.
Allah tidak pernah memisahkan masalah iman dengan uang. Tuhan Yesus berkata dimana hartamu berada di situ hatimu berada. Tuhan Yesus tahu uang dan iman berkaitan erat dan dapat saling mempengaruhi. Bagaimana pandangan kita tentang uang? Sebagai orang percaya kita tahu uang itu titipan. Kita bisa mengelolanya. Satu hal yang Tuhan inginkan: di dalam uang kita ada pekerjaan Tuhan untuk memelihara orang lain melalui kita. 
Jika kita dipercaya Tuhan mengelola harta lebih banyak, maka seharusnya kita memberi lebih banyak. Dan jika kita hanya dipercayakan sedikit harta, itu bukan alasan untuk tidak memberi.  Karena kita tidak memberi berdasarkan keadaan kita, bukan dari milik kita, tetapi dengan kuasa memberi yang Allah karuniakan dalam diri kita. Apapun keadaan kita, kita tetap bisa menyatakan kasih karunia Allah. Dia sudah bermurah hati kepada kita, maka kita pun akan dimampukan untuk bermurah hati.
Dia telah memberikan segalanya untuk kita, kedudukan-Nya di surga, bahkan nyawa dan hidup-Nya diberikan bagi kita. Masih terlalu beratkah bagi kita untuk mengorbankan sebagian harta, untuk mengeluarkan sejumlah uang untuk menyatakan kasihNya kepada sesama? Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar