ALAMAT GEREJA

Jl. Semeru 30 | Jl. Arif Margono 18
Telp. (0341) 366099 | (0341) 361949 | Fax. (0341) 325597
Email: gkkkmalang@yahoo.com | Admin blog: gielmanogi@gmail.com


Sabtu, 19 April 2014

Ringkasan Khotbah Pdt. Titus Liem, "Dari Putus Asa Menjadi Berpengharapan" - Minggu, 13 April 2014

Dari Putus Asa Menjadi Berpengharapan
Yohanes 5:1-9, 14

Ringkasan Khotbah Pdt. Titus Liem - Minggu, 13 April 2014
Banyak orang berkata, “selagi ada hidup maka ada harapan” tetapi kenyataannya adalah “selagi ada harapan maka ada hidup.” Bukankah orang yang tanpa harapan sering mengungkapkan keadaan perasaan diri mereka dengan berkata bahwa mereka ingin mati, dan terkadang mereka berusaha untuk bunuh diri. Pada kenyataannya orang bisa hidup tanpa rumah, mobil dan benda-benda yang berharga, tetapi orang tidak bisa hidup tanpa harapan. Memiliki harapan itu baik dan penting dalam kehidupan kita, namun yang menjadi masalah adalah apa yang menjadi dasar pengharapan kita? Banyak orang yang memiliki pengharapan tetapi pengharapan yang semu. Jika pengharapan itu didasarkan pada suatu yang rapuh, maka hal itu akan membawa kekecewaan yang yang mendalam. Apakah yang menjadi dasar pengharapan kita? 
Di tengah meriah dan sukacitanya perayaan di Yerusalem, rupanya Yohanes juga menceritakan adanya kemeriahan tanpa sukacita di tempat lain, yaitu di sekitar kolam Betesda. Di sana berbaring sejumlah besar orang-orang yang sakit: Orang-orang buta, timpang dan lumpuh. Di antara mereka, ada seorang yang mengalami kelumpuhan selama 38 tahun.  Dari sudut pandang jasmani, 38 tahun menderita penyakit menunjukkan ketiadaan harapan. Tentunya dia sudah berusaha untuk berobat, tetapi dia belum sembuh juga. Mungkin ia sudah tidak memiliki apa-apa lagi sebab hartanya telah habis untuk berobat. Akhirnya ia menyerah kepada nasib dan menerima apa yang tak terelakkan itu. Kelumpuhan inilah yang telah membuat segala impiannya menjadi sirna dan hidup dalam keputusasaan.
Dalam keadan seperti ini, apa yang bisa diharapkannya? Hanya ada setitik harapan yang selama ini diakui dan dipercaya, yaitu “kesembuhan melalui mujizat yang terjadi di kolam Betesda.”  

1. Berharap Kepada Air Kolam Betesda
Betesda adalah sebuah kolam (tempat pemandian), yang dalam bahasa Ibrani memiliki arti “rumah belas kasihan atau anugerah.” Selama betahun-tahun orang lumpuh itu mengharapkan air kolam Betesda tergoncang dan bisa mencebur ke dalamnya supaya sembuh. Menurut keyakinan, kolam Betesda kadang-kadang dikunjungi oleh malaikat. Tanda kedatangannya adalah dengan menggoncangkan air kolam tersebut. Pada waktu kolam itu tergoncang maka orang pertama yang masuk ke kolam tersebut akan sembuh, apapun penyakitnya. Tetapi orang yang masuk berikutnya tidak akan sembuh. Kemungkinan besar, ia telah mencobanya selama 38 tahun, tapi selalu gagal.

2. Berharap Kepada Orang Lain
Karena ia seorang yang lumpuh maka dia tidak bisa ke kolam sendiri. Itulah sebabnya dia mengharapkan pada orang lain (termasuk keluarga) yang dapat membantu mengangkatnya ke kolam pada waktu kolam itu terguncang airnya. Tapi tidak ada yang bisa membantunya. 

3. Berharap Kepada Malaikat
Menurut keyakinan, penyembuhan dilakukan oleh seorang malaikat yang turun ke kolam itu dan menggoncangkan air. Memang malaikat adalah utusan Allah yang dapat menolong kita tetapi malaikat tidak akan melakukannya tanpa diperintah oleh Allah. Orang lumpuh itu terus-menerus menantikan malaikat yang datang untuk menggoncangkan air kolam itu. Pada kenyataannya tidak setiap hari malaikat itu turun untuk menggoncangkan air, dan boleh jadi tidak sering, melainkan sewaktu-waktu.

4. Pengharapan Yang Sejati Ada Di Dalam Tuhan Yesus.
Orang lumpuh tersebut memang tidak pernah berhenti berharap akan kesembuhannya. Namun ia harus menelan kenyataan yang pahit ketika ia  menaruh harap kepada sesuatu yang tidak pasti, yaitu air kolam Betesda, orang lain atau malaikat. Sebuah pengharapan yang tanpa pengharapan.
Dalam keputusasaan ini Tuhan Yesus datang untuk menjumpai orang lumpuh ini untuk menawarkan kesembuhan.  Tuhan Yesus bertanya kepadanya: “Maukah engkau sembuh?” Tuhan Yesus tahu betul tentang keadaan orang tersebut dan memberi perintah, “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah” (ayat 8). Penantian selama 38 tahun itu kini telah berakhir sebab ia mengalami kasih dan kuasa Tuhan. Dialah yang telah memberikan suatu pengharapan. Dialah yang mengubah keputusasaan menjadi hidup berpengharapan.
Setelah mengalami kesembuhan yang luar biasa itu, Tuhan Yesus mengingatkan orang itu untuk tidak berbuat dosa lagi (ayat 14). Kristus memperingatkannya agar waspada terhadap dosa. Hal ini menyiratkan bahwa penyakitnya disebabkan oleh dosa. Kristus menyiratkan bahwa orang-orang yang telah sembuh dan dibebaskan dari hukuman dosa pada saat sekarang ini, ada kemungkinan kembali kepada dosa. Kalau kita bandingkan dengan Yohanes pasal 9, maka tidak semua penyakit itu berhubungan dengan dosa. Itu berarti Tuhan Yesus menghendaki agar ia tidak menjadi sombong karena pengalaman yang luar biasa itu, tetapi harusnya bersyukur kepada Dia yang telah membuat mujizat itu.

Lebih dari sekedar sakit jasmani, yaitu sakit rohani harusnya yang menjadi perhatian kita secara serius. Jika hari ini kita merasa baik-baik saja secara jasmani, namun bagaimana dengan kerohanian kita? Sudah saudara berjumpa dengan Tuhan Yesus?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar