ALAMAT GEREJA

Jl. Semeru 30 | Jl. Arif Margono 18
Telp. (0341) 366099 | (0341) 361949 | Fax. (0341) 325597
Email: gkkkmalang@yahoo.com | Admin blog: gielmanogi@gmail.com


Sabtu, 03 Mei 2014

Ringkasan Khotbah Ev. Jemmy Waroka, "Ikutlah Aku" - Minggu, 27 April 2014

Salib Yang Mengubahkan: “Ikutlah Aku”
(Yoh. 21:15-19)

Ringkasan Khotbah Ev. Jemmy Waroka - Minggu, 27 April 2014

Bagian Alkitab ini menceritakan suasana pagi setelah sarapan (ayat 15) di tepi pantai danau Tiberias (ayat 1). Ini bukanlah pertemuan pertama Tuhan Yesus dengan para murid setelah kebangkitan-Nya. Dalam bagian ini secara khusus terjadi dialog antara Tuhan Yesus dengan Petrus yang telah berkhianat. Tentu ada kecemasan dan kegalauan dalam hati Petrus karena dia telah berkhianat.
Dalam Lukas 22:61 menceritakan tentang penyangkalan Petrus dan secara khusus Lukas mencatat bahwa Tuhan Yesus berpaling dan memandang kepada Petrus setelah Petrus menyangkal-Nya sebanyak 3 kali. Petrus tidak akan pernah dapat melupakan tatapan mata Sang Guru Agung itu. Bukan tatapan mata kemarahan, kebencian, dan kekecewaan tetapi tatapan mata yang penuh dengan belas kasihan.
Pagi itu, kembali Petrus berhadapan dengan tatapan mata yang penuh dengan belas kasihan (Yoh. 21:15-19). Tiga kali muncul pertanyaan, tiga kali muncul jawaban dan tiga kali perintah diberikan. Perintah itu adalah “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Sebagai seorang yang telah gagal (bukan kegagalan biasa tetapi sebuah pengkhianatan), dalam benak Petrus mungkin ada ketakutan dan kekuatiran bahwa dia akan menerima kemarahan, dan sangat mungkin dia dikeluarkan dari kelompok murid yang “sakral.” Tetapi apa yang terjadi?
Tuhan tidak menumpahkan kekesalan dan kemarahan-Nya kepada Petrus tetapi Ia memulihkan Petrus dengan memberikan kepercayaan, “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Ketika kita mengalami kegagalan dan kesulitan seringkali yang kita butuhkan untuk memulihkan kembali kondisi kita adalah sebuah kepercayaan.
Tiga kali Tuhan bertanya, “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Pertanyaan yang pertama (ayat 15), Tuhan memakai kata agape untuk kata mengasihi, yang dapat diartikan kasih yang tidak bersyarat, yaitu “kasih yang walaupun .....” Jawaban Petrus yang pertama (ayat 15), “. . . aku mengasihi Engkau.” Petrus memakai kata philia untuk kata mengasihi, yang dapat diartikan sebagai kasih yang bersyarat, yakni “kasih yang jikalau....” Petrus murid yang spontan dan pemberani, sekarang dia tahu diri. Dia tidak mungkin mengasihi dengan kasih agape. Pertanyaan dan jawaban kedua terjadi dialog yang persis sama dengan ayat 15 dalam pernggunaan katanya. Pertanyaan agape dijawab dengan philia. Pertanyaan yang ketiga (ayat 17) membuat Petrus sangat sedih karena ini mengingatkan dia penyangkalannya sebanyak 3 kali. Tapi Petrus semakin sedih tatkala Tuhan bertanya, “. . . apakah engkau mengasihi Aku?” Tuhan tidak memakai kata agape, tapi memakai kata philia. Petrus hanya dapat menjawab dengan philia. Tuhan mengerti kondisi Petrus dengan kekuatannya sendiri Petrus tidak akan pernah bisa memiliki kasih agape. Tuhan mengerti dan menerima apa adanya Petrus. Demikian juga Tuhan mengerti dan menerima apa adanya setiap kita.
Ayat 18 Tuhan menubuatkan kematian Petrus bahkan tradisi gereja mencatat bahwa Petrus mati disalibkan terbalik karena dia merasa tidak layak disalib seperti Tuhannya. Petrus berhasil memiliki kasih agape dan dia mengasihi Tuhannya dengan kasih agape sampai akhir hidupnya. Kuncinya adalah “Ikutlah Aku” (ayat 19). Tuhan meminta Petrus mengikuti ajaran-Nya, teladan hidup-Nya, bahkan di dalam ajakan “ikutlah Aku” terkandung penyertaan, tuntunan, dan topangan Tuhan. Saat-saat tersulit di dalam hidup Petrus, Tuhan akan menggendongnya.
Marilah kita mengikut Dia agar kita dapat memiliki kasih agape seperti yang diinginkan-Nya sampai akhir hidup kita. Dan kita akan melihat tangan-Nya yang akan menuntun kita, menopang kita bahkan menggendong kita. AMIN!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar