PENATALAYAN YANG DIPERKENAN TUHAN
Ringkasan Khotbah
Pdt. Tikijo Hardjowono - Minggu, 04 Mei 2014
1 KORINTUS 4:1-2
“Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba
Kristus, (dan pelayan-pelayan) yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah. Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan
yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.”
Kata “pelayan atau
penatalayan” yang terdapat dalam ayat di atas berasal dari istilah Yunani “oikonomos”
(“oikos”=rumah; “nomos” =pengaturan/pengelolaan) yang merupakan sebutan bagi seseorang yang bekerja sebagai
pengatur/pengelola urusan rumah tangga (1Pet.4:10). Dalam PL kata itu dikenakan
pada Yusuf yang menjadi “kuasa” di rumah Potifar (Kej.39:4). Dalam
PB Tuhan Yesus sering memakai kata ini dalam perumpamaan-Nya (uang mina,
Luk.19:11-27; talenta, Mat.25:12-30; hamba yang bijaksana dan bodoh,
Luk.12:35-48, Mat.24:45-51; penggarap kebun anggur, Luk.20:9-19,
Mar.12:1-12, Mat.21:33-46).
Prinsip Alkitab tentang
penatalayanan adalah Tuhan adalah Sang Pemilik: Dia pemilik
segalanya (Mzm.24:1), Dia mengendalikan segalanya (Mzm.135:6), dan Dia yang
memeliharakan segala kepunyaan-Nya (Flp.4:19). Manusia hanyalah
pengguna/penatalayan milik Tuhan yang harus bertanggungjawab
kepada-Nya, dan kita harus setia dan dapat dipercayai (1Kor.4:2).
Dalam dua perumpamaan Tuhan
Yesus tentang penatalayanan (uang mina, Luk.19:11-27; dan talenta,
Mat.25:12-30) kita menemukan 5 kebenaran yang penting:
1. Kita sering
berpikir bahwa meskipun Tuhan memberikan semua kemampuan, milik, dan kesempatan
kepada kita, Dia tidak akan memerhatikan jika kita tidak
menggunakannya dengan sebaik-baiknya. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa Dia
memerhatikan dan mengharapkan kita MELIPATGANDAKANNYA
dengan sebaik-baiknya bagi kerajaan-Nya (Mat.16:27; Wah.22:12).
2. Kita sering berpikir
bahwa jika Tuhan memberi upah pada kita, upahnya akan merupakan pujian yang sama
rata bagi semua orang dan tidak
berpengaruh bagi kesempatan dalam masa depan kekal kita di
kerajaan-Nya. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa Dia akan memberi upah yang
akan sama proporsinya dengan seberapa banyak kita telah
melipatgandakan kehidupan kita dan akan berpengaruh besar bagi
kesempatan dalam masa depan kekal kita di kerajaan-Nya (Luk.19:17;
Mat.25:21).
3. Kita sering berpikir
bahwa jika kita tidak bekerja bagi Tuhan dengan apa yang telah diberikan-Nya
untuk kita kelola, hal terburuk yang mungkin terjadi adalah tidak
menerima upah. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa jika kita tidak bekerja
bagi Tuhan dengan apa yang telah diberikan-Nya untuk kita kelola, hal
terburuk yang mungkin terjadi adalah menderita kerugian (1Kor.3:13-14).
4. Kita sering berpikir
bahwa seperti pola penghargaan di sekitar kita, Tuhan akan memberikan
penghargaan berdasarkan apa yang telah kita lakukan dibandingkan dengan
apa yang dapat diberikan orang lain. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa Dia
akan memberikan penghargaan berdasarkan apa yang telah kita lakukan
dibandingkan dengan apa yang telah tuhan berikan di dalam diri kita.
5. Kita sering berpikir
bahwa menjadi penatalayan Tuhan yang setia berarti sekedar tidak
banyak berbuat dosa dan tidak
berhenti melayani. Melayani
Tuhan dengan setia berarti melayani dengan segenap hati (cf. Kol.
3:23-24; Mat. 13:44; Mat. 22:37) untuk memberikan yang terbaik (cf.
Kol 3:23-24; Mal 1:6-14; Fil 2:5-8).
Sebagai orang percaya kita
adalah penatalayan milik Tuhan dan kita harus setia. Saat kita setia kita akan
mendapat keuntungan: (1) Kita akan bertumbuh lebih dekat dengan
Tuhan; (2) Kita akan bertumbuh dalam karakter ilahi; (3) Kita akan memiliki
kedamaian dan kestabilan hidup; (4) dan akhirnya, kita akan menerima upah kekal
di sorga.
Soli
Deo Gloria.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar