ALAMAT GEREJA

Jl. Semeru 30 | Jl. Arif Margono 18
Telp. (0341) 366099 | (0341) 361949 | Fax. (0341) 325597
Email: gkkkmalang@yahoo.com | Admin blog: gielmanogi@gmail.com


Kamis, 27 Juni 2013

RINGKASAN KHOTBAH - DAMPAK KEPUTUSAN SEORANG AYAH



 DAMPAK KEPUTUSAN SEORANG AYAH

Ringkasan Khotbah Ev. Matius Siswanto, 16 Juni 2013
Pada Abad 18, hidup 2 orang yang bernama Jonathan Edward dan Max Jukes. Jonathan Edwards memutuskan untuk hidup menjadi  hamba Tuhan dan sangat mengasihi Tuhan seumur hidupnya.  Ia membangun keluarganya dengan takut akan Tuhan.  Sebagai hasilnya, sejarah mencatat bahwa dari keturunannya didapati sebagai berikut: 1 wakil presiden Amerika, 3 senator Amerika, 3 gubernur di Amerika, 3 walikota di Amerika, 13 presiden universitas, 30 hakim, 65 profesor, 80 pemegang jabatan publik, 100 pengacara dan 100 misionaris. Sedangkan Max Jukes, memutuskan untuk hidup menjadi seorang pemabuk, hidupnya nggak karuan dan ia tidak menghargai keluarganya.  Ia hidup dengan caranya sendiri, bukan dengan cara Tuhan.  Sejarah mencatat bahwa dari keturunannya didapati: 7 pembunuh, 60 pencuri, 50 wanita yang tidak benar, 130 narapidana, 310 Orang miskin, 400 cacat, dan keturunannya telah merugikan negara lebih dari US$ 1.250.000 (sekitar 12 milyar). Dari contoh dua orang di atas kita melihat betapa besarnya dampak yang ditimbulkan dari sebuah keputusan yang diambil oleh seorang ayah bagi keluarganya.

1. TUHAN MEMBERIKAN BERKAT MELALUI LAKI-LAKI YANG TAKUT AKAN TUHAN (1, 4). Pengertian “takut akan Tuhan” adalah memiliki hati yang hormat kepada Allah dan membuktikannya dengan selalu tunduk pada kehendak Tuhan. Di dalam Alkitab bahasa Jawa kata "takut" diterjemahkan dengan "ngabekti" yang berarti berbakti kepada Allah: "Rahayu saben wong kang ngabekti marang Pangeran Yehuwah." Jadi, seorang yang takut akan Allah adalah seorang yang mengabdikan diri kepada Allah dengan penuh rasa hormat. Keputusan seorang ayah memiliki pengaruh yang sangat besar kerena ayah dipilih oleh Allah untuk menjadi kepala keluarga yang harus bertanggung jawab terhadap keadaan keluarganya. Karena itu, tidak heran jika Allah menuntut pertanggungjawaban keluarga pada seorang ayah.
Bukti bahwa Allah menuntut pertanggungjawaban keluarga dari seorang ayah dapat kita lihat dari beberapa kasus yang tercatat dalam Alkitab: Ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa maka yang dimintai pertanggungjawaban terlebih dahulu adalah Adam. (Kejadian 3:17-19). Ketika anak-anak Imam Eli melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak menghormati Tuhan maka Allah menegur bahkan menghukum Imam Eli (lih. 1 Samuel 2:29). Jadi, tanggung jawab utama harus dipegang oleh seorang ayah
Takut akan Tuhan adalah sebuah keputusan. Artinya, ini tidak terjadi dengan sendirinya pada setiap orang. Ini adalah sebuah pilihan.  Seorang laki-laki bisa saja memutuskan untuk tidak takut akan Allah. Itu semua sangat tergantung pada pilihannya dan Allah tidak mau memaksanya. Allah tidak pernah memaksa umat-Nya untuk memilih takut kepada Allah. Yosua dan keluarga menyembah Allah karena mereka memilih takut akan Allah. Kalau kita menjadi orang Kristen kemudian dibaptis, tidak secara otomatis kita akan menjadi orang yang takut akan Tuhan. Ada banyak pilihan di tangan seorang ayah. Ketika kita sampai di sekitar gereja, kita kesulitan mendapatkan tempat parkir yang dekat, saudara bisa memilih tetap beribadah walaupun parkirnya agak jauh dari gereja. Atau saudara akan memilih pulang sambil ngomel. Ayah bisa memutuskan menghabiskan waktu untuk bisnis dan hobinya, atau ayah akan menghabiskan waktu untuk keluarganya. Semua ada dampaknya.

2. DAMPAK KEPUTUSAN SEORANG AYAH
Ketika Yosua memutuskan untuk memilih beribadah kepada Allah, maka ia menerima janji Allah, seperti yang tercatat dalam Mazmur 128:
“Memakan hasil jerih payahmu” sepadan dengan Tuhan memberkati pekerjaan Yosua sebagai pemimpin sehingga di bawah kepemimpinannya bangsa Israel mengalami kebangunan rohani yang sangat luar biasa.
“Istrimu akan seperti pohon anggur dan anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun” sepadan dengan keluarga Yosua yang memiliki kerohanian yang baik.
“Kebahagiaan Yerusalem” sepadan dengan Allah mengaruniakan kemakmuran dan keamanan.
“Melihat anak-anak dari anak-anakmu” sepadan dengan generasi setelah Yosua yang juga mengalami kebangunan rohani (lih. Yosua 23 dan 24).
Generasi berikutnya mengalami berkat dan kemakmuran bukan semata-mata karena mereka keturunan Israel yang secara otomatis menjadi umat pilihan Allah, tetapi karena mereka melihat teladan iman yang benar dari para pendahulunya dan mereka mengikuti jejaknya.
Apa yang dilakukan oleh seorang ayah akan diamati oleh anak-anaknya dan mereka akan hidup seperti orang tuanya. Kalau seorang ayah menghormati orang tuanya maka generasi berikutnyapun juga akan menghormati kita. Kalau seorang ayah memiliki hati yang takut akan Tuhan, maka generasi berikutnya juga takut akan Tuhan. Memutuskan jadi  ayah yang takut akan Tuhan bukanlah hal yang mudah, karena banyak godaan.
Sebagai seorang ayah marilah kita berkomitmen untuk memegang peran sebagai kepala keluarga. Bagi para istri, dukunglah para suami. Bagi para anak, doakanlah para ayah agar mereka bisa memikul tanggung jawabnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar