ALAMAT GEREJA

Jl. Semeru 30 | Jl. Arif Margono 18
Telp. (0341) 366099 | (0341) 361949 | Fax. (0341) 325597
Email: gkkkmalang@yahoo.com | Admin blog: gielmanogi@gmail.com


Rabu, 05 Juni 2013

Ringkasan Khotbah - “YESUS ADALAH TUHAN DALAM KELUARGAKU


YESUS ADALAH TUHAN DALAM KELUARGAKU”
Amsal 3:5-10

Ringkasan Khotbah Pdt. Bambang Wijanto - Minggu  26 Mei 2013

Dalam menjalani kehidupan sebagai orang kristen, seringkali kita tidak menjadikan Yesus sebagai Tuhan dalam keluarga kita. Sebagai contoh hubungan kita dengan Tuhan Yesus bersifat transaksional. Artinya, kita hanya mau setia dan datang ke Tuhan  dengan menjadikan Tuhan sebagai "cukong" yang mau menolong kita melimpahkan berkat bagi anak dan cucu kita. Coba periksa doa kita bersama keluarga: kebanyakan kita berdoa bagi kebutuhan dan keinginan kita dibandingkan dengan curahan hati untuk bergumul apa yang Tuhan kehendaki untuk dipersembahkan bagi pekerjaan Tuhan. Jarang orang berdoa, “Tuhan, hari ini Engkau memberikan rejeki demikian limpahnya. Mohon petunjuk-Mu, Tuhan, apa yang harus kami persembahkan untuk pekerjaan Tuhan.” (Yesus sebagai Tuhan: pemilik segala sesuatu).
Contoh lainnya, kita juga memandang Yesus sebagai Tuhan secara pragmatis. Artinya, ditentukan oleh keuntungan dan kegunaan secara pribadi. Kita kalau jujur lebih sering kita  berdoa agar Tuhan menyertai, memberkati, melakukan apa yang memuaskan, yang menguntungkan dan yang berguna bagi kita. Kita jarang berdoa bersama keluarga dan sungguh-sungguh murni memohon agar Tuhan memberikan petunjuk-Nya tentang apa yang Tuhan kehendaki dari keluarga kita untuk melakukan pekerjaan Tuhan yang berguna dan memuaskan hati Tuhan.
Hal ini menyebabkan keluarga tidak akan mampu menjadikan Yesus sebagai Tuhan dalam hidupnya. Amsal 3:5-10 mengajarkan tentang bagaimana kita mengakui bahwa Dia adalah Tuhan atas kehidupan
kita sehingga Dia menjadi fokus kehidupan kita. Kata “percayalah” (ay. 5), “akuilah” (ay. 6) dan “takutlah” (ay. 7) menekankan untuk menjadikan Dia sebagai fokus kehidupan, dan bukan diri sendiri. Dengan kata lain Dia-lah Tuhan atas kehidupan kita, bukan diri kita.
Ayat 5, kata “percayalah” (batah)  berarti memiliki keyakinan secara penuh atau dengan segenap hati. Mengapa dengan segenap hati?  Karena hati adalah inti/pusat kehidupan yang menghasilkan motivasi, tujuan, sikap, hasrat yang membentuk hidup kita. Hati adalah sumber semua tindakan manusia.  Oleh karena itu, hati adalah tempat perubahan orientasi kehidupan.
Inilah yang harus kita lakukan yaitu adanya total commitmen, ketaatan dan penyerahan diri secara mutlak untuk menjadikan Yesus sebagai Tuhan dalam kehidupan keluarga kita. Inilah fondasi yang harus kita bangun dalam menuhankan Yesus dalam keluarga. Kalau hati kita berpusatkan pada Tuhan maka kita beraada di jalan yang benar, tapi bila hati berpusatkan pada diri sendiri maka kehdiupan akan melenceng dan hancur.
Hal ini tidak gampang. John Flavel berkata “kesulitan terbesar dalam pertobatan adalah memenangkan hati bagi Allah, dan kesulitan terbesar setelah pertobatan adalah menjaga hati tetap bersama dengan Allah.”
Ayat 6, “Akuilah (yada: mengenal melalui pengalaman)  Dia dalam segala lakumu,....” Setelah fondasi dibangun, maka dalam ayat 6, memberikan arahan agar seluruh aspek kehidupan mencerminkan pengakuan Yesus sebagai Tuhan. Dengan demikian, bukan hanya percaya di dalam hati tetapi sekaligus menjadikan pengakuan secara riil dalam kehidupan nyata. Paulus memberikan contoh dia melayani bukan untuk mencari keuntungan diri sendiri
Ayat 7, kalau hati berpusatkan kepada pengakuan Yesus adalah Tuhan, perilaku pun dibangun dalam pengakuan yang sama, maka hidup orang tersebut hidup dalam takut akan Allah. Artinya, dia menghormati dan  mengakui kedaulatan Allah atas hidupnya.
Ayat 9-10 merupakan aplikasi: pengakuan Yesus adalah Tuhan itu berarti  memberikan yang terbaik untuk Tuhan. Ini berarti fokus kita adalah untuk Tuhan. Pusat kehidupan kita adalah Tuhan. Bukan untuk diri sendiri. Janji Tuhan adalah: "maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.” Ini janji berkat Tuhan! Berkat yang melimpah itu akan mengalir dalam kehidupan keluarga yang menjadikan Dia sebagai Tuhan dalam kehidupannya!

1 komentar: