Yohanes 4:1-15
Ringkasan Khotbah Ev. Yudi Jatmiko - Minggu, 31 Mei 2015
Salah satu cara terbaik untuk bertumbuh dalam pelayanan
ialah dengan meneladani Tuhan Yesus dalam melayani sesama-Nya. Konteks perikop
yang kita baca tadi menunjukkan bahwa Yesus dan murid-murid-Nya sedang berada
di Yudea (Yoh. 3:22; 4:3). Untuk menuju Galilea, Yesus harus melintasi daerah
Samaria (4:4) di mana Ia bertemu dengan seorang perempuan di kota Sikhar; perempuan
Samaria dengan kebutuhan tertentu.
Pelayanan Tuhan Yesus: Memahami
Kebutuhan Sesama
Untuk mengerti apa yang menjadi kebutuhan perempuan Samaria
ini, kita perlu melihat lebih jauh apa saja yang menjadi masalahnya, minimal
ada dua: masalah sosial (ay. 6-7) dan masalah
moral atau spiritual (ay.16-18).
Melalui dialog dan kehadiran-Nya (ay. 7-18), Tuhan Yesus menolong perempuan itu
untuk memahami apa yang menjadi kebutuhannya yang paling dalam melalui kedua
masalah di atas. Dua masalah ini tidak dialami oleh perempuan itu sesekali saja
dalam hidupnya, melainkan terus-menerus. Ini dapat terlihat dari salah satu
tensa Yunani yang digunakan pada ayat 15 (Present
Infinitif Aktif). Gramatika Yunani di ayat tersebut mengindikasikan
adanya sebuah continuous action.
Dengan kata lain, perempuan itu memohon diberikan air hidup supaya ia “tidak
haus terus-menerus dan tidak usaha datang dan datang lagi ke sumur itu untuk
terus-menerus menimba air.”
Permintaan ini tentunya tidak lahir dari sikap yang
malas tetapi dari hati yang sekian lama tertekan oleh beban sosial dan moral
yang terus-menerus ditanggungnya. Ia hidup berkanjang dalam dosa. Oleh karena
itu, suaranya lirih meminta kepada Yesus, “Tuhan, berikanlah aku air itu (ay.15)”
dan Tuhan memenuhi kebutuhan terdalam perempuan itu.
Pelayanan Tuhan Yesus: Memenuhi
Kebutuhan Sesama
Pelayanan Yesus adalah pelayanan yang memenuhi kebutuhan
manusia berdosa. Menurut Yesus, kebutuhan terdalam perempuan itu hanya dapat
dipenuhi oleh air hidup. Apa yang dimaksud Yesus dengan “air hidup”? Menurut
bahasa aslinya, air hidup dapat juga diterjemahkan air yang mengalir untuk
menunjukkan bahwa air ini bersih dan segar.
Dalam Perjanjian Lama, air hidup merupakan gambaran
metafora yang merujuk kepada Diri Allah sendiri sebagai Sumber Kehidupan bagi
bangsa Israel (bdk. Yer. 2:13; Za. 14:8). Artinya, hanya air hidup itulah yang
dapat memuaskan kebutuhan terdalam manusia. Ini menjadi semakin jelas dalam
Perjanjian Baru. Yohanes 7:37-39 menjelaskan bahwa yang dimaksud Tuhan Yesus
dengan air hidup ialah Roh Kudus, Pribadi ketiga Allah Tritunggal. Ia adalah
sumber kehidupan dan sumber pembaharu bagi manusia yang berdosa. Hanya Allah
Roh Kudus, di dalam anugerah-Nya, yang mampu melahirbarukan perempuan yang berdosa
itu dan mengubah hidupnya, dari seorang pendosa menjadi pemberita Injil bagi sesamanya
(bdk. Yoh. 4:39-42).
Melalui narasi perjumpaan Tuhan Yesus dengan perempuan
Samaria, kita dapat belajar bahwa melayani adalah menjawab dan memenuhi
kebutuhan sesama kita. Melayani berarti menyentuh hati, menjangkau kehidupan
yang terhilang dan terpinggirkan karena dosa. Melayani berarti memberi dampak
bagi hidup sesama. Singkatnya, melayani adalah menghadirkan Kristus bagi sesama
karena hanya Yesus di dalam kuasa Roh Kudus yang mampu memenuhi kebutuhan
manusia berdosa. Inilah panggilan gereja, inilah panggilan setiap kita. Jika
kita bertumbuh dalam pelayanan yang menghadirkan Tuhan Yesus, niscaya gereja
menjadi berkat bagi masyarakat luas, bahkan bagi dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar