Ibadah Yang Hormat, Tertib dan Sukacita
(Mazmur 122:1-5, Ibrani 12:28-29, I Korintus 14:40)
Ringkasan Khotbah Ev. Conny Benyamin
- Minggu, 30 Juni 2013
Untuk apakah kita datang ke gereja di
hari Minggu? untuk beribadah? Atau ada maksud lain? Sebelumnya, mari kita
membaca sepenggal kisah film “Les Miserable.” Diceritakan tentang seorang tokoh
bernama Jean Valjean yang baru keluar dari penjara. Kondisi penjara zaman itu
sangat mengerikan. Dia lalu menginap di sebuah rumah pastori, dan diajak makan
malam bersama oleh pendeta tua. Valjean ditanya, “kejahatan apa yang kamu telah
lakukan?” Valjean menjawab," mungkin aku membunuh seseorang... Bagaimana
kamu tahu bahwa 'aku' tidak akan membunuh-mu?" Pendeta itu membalas,
"bagaimana kamu tahu bahwa 'aku' tidak akan membunuh-mu?" Lalu
pendeta itu meminta Valjean agar mereka dapat saling mempercayai.
Namun di malam hari, Valjean mencuri
perlengkapan perak yang tersimpan di lemari sang pendeta. Ia kemudian melarikan
diri. Sampai ketika hari sudah terang, beberapa polisi datang ke pastori dengan
membawa Valjean. Para polisi kemudian mengatakan mereka baru saja menangkap
Valjean dan menemukan bahwa dia kedapatan membawa beberapa barang perak yang
pasti milik sang pendeta. Tetapi sang pendeta justru mengingatkan Valjean yang
katanya lupa membawa lilin perak yang telah ia berikan ke Valjean. Para polisi
bingung, tapi mereka menerima penjelasan dari pendeta itu dan meninggalkan
Valjean dengan sang pendeta.
Ketika tinggal mereka berdua, sang
pendeta meminta Valjean menjadi manusia baru. Valjean bertanya, "Mengapa
kamu melakukan ini? Jawab pendeta, “Aku telah membeli jiwamu dengan perak-perak
itu.” Sang pendeta telah menebus dan membeli Valjean dan menyerahkan Valjean
kepada Tuhan. Ia meminta Valjean tidak mencuri lagi dan menjadi orang baik.
Valjean tidak pernah melupakan penebusan yang dilakukan pendeta tua itu. Ia
kemudian menjadi orang yang sangat kaya dan banyak menolong orang dengan
kekayaannya dan bersyukur dengan menjadi orang baik. Ia menunjukkan sikap bakti
karena telah menerima anugerah penebusan yang hebat yang ditunjukkan sang
pendeta. Demikianlah juga hidup kita. Atas dasar apa kita datang beribadah
kepada Tuhan? Bukankah atas dasar syukur yang mendalam karena Kristus telah
menebus dosa-dosa kita. Jadi, bagaimana seharusnya sikap kita?
A. Sikap Hormat (Ibrani 12:28-29). Pada zaman Musa, ketika Allah
menyatakan kehadiran-Nya di gunung Sinai, yang ditandai dengan awan gelap dan
petir yang menyambar-nyambar, bangsa Israel tidak berani mendekati gunung itu
atau berdiri melewati batas yang ditetapkan. Kalau mereka melewati batas,
mereka akan tersambar hadirat Tuhan dan mati. Tapi kini, jika kita datang
dengan tidak hormat dan sopan dalam ibadah, Tuhan tidak langsung menyambar kita
seperti zaman Musa. Ingatlah bahwa waktu ini adalah waktu kesabaran
Tuhan, tapi ada waktunya Tuhan menghukum.
Sikap hormat datang dari hati yang
bersyukur, menyadari bahwa hidupnya telah di tebus oleh Tuhan Yesus. Pada waktu
kita hendak beribadah kepada Tuhan, siapkanlah hati, bukan saja di gereja tapi
sudah dimulai sebelum ke gereja. Persiapan hati akan mempengaruhi persiapan
fisik kita. Salah satu sikap hormat kita dalam ibadah adalah mengikuti seluruh
liturgi dalam kebaktian dari awal sampai akhir, menikmati persekutuan dengan
Tuhan dengan menghormati mengikuti dan menghargai semua instruksi yang
diberikan oleh liturgos
B. Sikap sopan dan teratur (I
Korintus 14:40). Dalam bahasa
Inggris menggunakan kata decent dan order (sopan dan teratur),
dalam bahasa Yunani euschemonos (gabungan kata eu dan schemon)
dalam bentuk adverbal yang berarti seemingly, becomingly manner and way
atau patut, pantas dan selaras. Kata schemon adalah kata yang
menunjukkan bagaimana kita merespons kehadiran seseorang: sikap , tutur kata,
semua yang berkaitan dengan panca indra kita, dalam berhubungan dengan orang
lain. Sedangkan kata teratur, bahasa Yunaninya taxis. Joshepus
menggunakan kata itu untuk mendeskripsikan camp angkatan perang Romawi yang
begitu rapi, disiplin dan teratur. Dengan kata lain, ia menggunakan kata ini
untuk mendeskripsikan cara ibadah atau penyembahan mereka yang dilakukan dengan
sangat khidmat dan teratur.
Paulus menggunakan kata ini untuk
mendeskripsikan euschemon atau kesopanan jemaat, ketertiban atau
keteraturan jemaat yang begitu indah. Ia memerintahkan kita untuk melaksanakan
ibadah dengan 'sopan' dan 'teratur.' Bagaimana kita menyikapi ibadah yang
tertib dan teratur? Perlu disadari bahwa di dalam ibadah penontonnya hanya satu
yaitu Tuhan. Siapakah pemainnya? Kita semua. Contoh, persiapan paduan suara
waktu mau tampil (kostum, sikap, keselarasan suara, sesuai dengan musik,
anggota tidak boleh menyanyi lagu lain, sikap berdiri, warna map dan lainnya),
semua harus selaras, mengikuti aba-aba dirigen. Oleh karena Tuhan yang Maha
Kuasa adalah satu-satunya penonton, apakah yang mau kita persembahkan
kepada-Nya?
C. Bersikap Sukacita Mazmur 122:1-5. Ayat 1-2, apa yang membuat pemazmur
datang ke rumah Tuhan? Mengapa mereka bersukacita? Bandingkan dengan kita yang
datang ke gereja: apa yang membuat kita datang ke gereja? Pada masa itu
orang-orang yang datang ke rumah Tuhan saling mengajak, baik anggota keluarga
dan teman-teman mereka. Dengan saling mengajak tercipta semangat, antusias
datang ke rumah Tuhan, seperti kita akan pergi bersama-sama ke acara orang yang
kita sayangi, hormati yang kita junjung tinggi. Demikianlah perasaan pemazmur
waktu mau datang ke rumah Tuhan, yakni bersukacita, takjub dan kagum.
Demikianlah waktu kita diundang datang ke rumah Tuhan.
Marilah kita meningkatkan kualitas
ibadah kita: pertama, dengan lebih menyiapkan diri waktu akan datang
beribadah kepada Tuhan, sebagai sikap hormat kita kepada Tuhan; kedua,
marilah kita bangun sikap yang sopan dan
tertib; ketiga, marilah kita beribadah ke rumah Tuhan dengan sukacita
dan semangat sebagai wujud dari kegembiraan kita menanggapi undangan Tuhan
untuk datang ke rumah-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar