YESUS TUHAN DALAM GEREJAKU
(Hagai 1:1-14, 2:11-15)
Ringkasan Khotbah Ev. Jemmy Waroka -
Minggu, 21 Juli 2013
Kisah Hagai ini memiliki latar
belakang kepulangan bangsa Israel dari pembuangan di Babel pada tahun 538 SM.
Raja Koresh mengijinkan mereka pulang ke Yerusalem. Waktu itu mereka membangun
kota Yerusalem, termasuk pembangunan bait Allah. Bangsa Israel memulai
pembangunan fondasi bait Allah. Kurang lebih 20 tahun setelah itu bait Allah
dibiarkan terbengkalai tanpa ada pembangunan, hanya fondasi saja. Karena itu
Tuhan memerintahkan Hagai untuk menegur umat-Nya.
Bangsa
Israel lebih memperhatikan pembangunan rumah mereka sendiri daripada
pembangunan rumah Tuhan atau bait Allah (ayat 4,9). Bahkan kemungkinan banyak
dari mereka yang membangun rumah mereka dengan cukup mewah dalam kurun waktu 20
tahun itu, sedangkan bait Allah dibiarkan hanya dalam bentuk fondasi saja.
Melalui nabi-Nya Tuhan mengingatkan kepada bangsa Israel untuk melihat keadaan
mereka agar mereka tahu bahwa Tuhan sedang menghukum mereka seperti yang
tercantum dalam ayat 6,10, dan 11. Mereka jauh lebih memperhatikan
urusan-urusan mereka sendiri dibandingkan memperhatikan 'urusan' Tuhan.
Kondisi
bangsa Israel ini memiliki relevansi dengan kondisi kita orang percaya saat
ini. Banyak dari kita sebagai orang-orang percaya jauh lebih memperhatikan
urusan kita sendiri dibandingkan mengutamakan Tuhan. Kita sibuk dengan
pekerjaan kita dan melalaikan pekerjaan Tuhan. Kita jauh lebih memiliki
kedisiplinan dalam pekerjaan/bisnis kita dibandingkan dengan kedisiplinan kita di dalam pelayanan di
gereja. Contoh, kita merasa tidak bersalah kalau terlambat dalam pelayanan,
sedangkan dalam pekerjaan kita tidak mau terlambat. Kita ingin rumah kita terlihat bersih, indah
dan rapi, sedangkan tentang kondisi gereja, kita merasa itu bukan tanggung
jawab kita. Bandingkan dengan Matius 6:33.
Melalui
nabi Hagai, Tuhan juga mengingatkan bangsa Israel untuk mengikuti aturan
Tuhan dalam melakukan pembangunan bait
Allah. Bangsa Israel diingatkan untuk memelihara kekudusan hidup mereka. Hal
kekudusan hidup jauh lebih utama dibandingkan dengan persembahan tenaga maupun
materi untuk pembangunan bait Allah (2:11-15).
Kondisi
gereja saat ini seharusnya juga memperhatikan hal ini. Lebih penting
memperhatikan kekudusan hidup dari umat atau jemaat dibandingkan pembangunan
gereja secara fisik. Gereja akan hancur tidak ditentukan oleh keroposnya atap
tetapi gereja akan hancur ketika kekudusan jemaat menjadi keropos.
Seperti
bangsa israel yang dipulihkan semangatnya untuk membangun bait Allah dan
diingatkan Tuhan untuk menjaga kekudusan, demikian juga kita Gereja Kalam Kudus
Malang: Tuhan sekarang mengingatkan kita untuk memperhatikan rumah-Nya atau
gereja dan menjaga kekudusan hidup kita sebagai gereja-Nya. AMIN!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar