Yesus
Tuhan Dalam Gerejaku
Ibrani 10:19-25
Ringkasan Khotbah Pdt. Titus Liem – Minggu, 14 Juli 2013
Dari bagian
firman Tuhan tersebut di atas, penulis surat Ibrani ingin menjelaskan betapa
“istimewanya” Ibadah yang dilakukan oleh orang Kristen hari ini jika
dibandingkan dengan tata ibadah yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi di Bait
Allah seperti di Perjanjian Lama. Bait Allah pada waktu itu terbagi atas ruang kudus dan
ruang maha kudus yang dipisahkan oleh tirai dan hanya Imam besarlah yang boleh masuk ke sana untuk mempersembahkan kurban dan berbicara kepada Allah mewakili umat-Nya. Jadi orang Israel hanya boleh sampai di pelataran saja dan tidak
memiliki akses langsung untuk datang kepada Allah. Bahkan seorang Imam-pun
juga tidak boleh sembarangan dalam
melakukan tugasnya jika mereka melanggar maka kematian yang menjadi resikonya.
Sebagai contoh seperti yang tertulis dalam Imamat 10:1-3 tentang Nadab dan
Abihu.
Itu sebanya penulis
Ibrani melihat ada alasan yang sangat kuat hari ini untuk beribadah dengan
penuh ucapan syukur seperti yang dikatakan di ayat 19-21. Di sana dikatakan bahwa oleh darah Yesus, (kematian
Tuhan Yesus di kayu salib yang mempersembahkan tubuh, darahnya sebagai
persembahan kurban yang sempurna untuk selamanya ( Ibrani 10 : 10-14 ) maka
jalan baru itu telah tersedia, yang kita bisa masuk ke tempat Kudus dan bahkan
ke tempat Maha Kudus. Orang yang percaya dapat secara langsung mendekatkan diri
kepada Allah dan berjumpa dengan Allah. Melalui darah Tuhan Yesus, tabir yang
berfungsi sebagai pemisah antara tempat Kudus dan Maha Kudus terbelah menjadi
dua. (Matius 27:51; Markus 15:38; Lukas 23:45).
Berdasarkan
alasan tersebut maka setiap ibadah yang kita lakukan adalah anugerah yang Tuhan
Yesus Kristus berikan untuk kita, orang percaya. Menyadari bahwa ibadah adalah
anugerah, seharusnya membuat kita semakin mengucap syukur atas pengorbanan
Yesus di kayu Salib, sehingga kita tidak menyia-nyiakan setiap kesempatan
beribadah yang Tuhan Yesus berikan kepada kita. Jika demikian, apakah ibadah
yang saudara jalani saat ini, masihkah disertai dengan penuh rasa syukur atau
sekedar rutinitas mingguan sebagai orang Kristen? Apakah saudara masih memiliki
gairah untuk datang ke rumah Tuhan pada hari minggu? Atau sekedar merasa tidak
enak jika tidak beribadah pada hari minggu?
Selain menghargai
anugerah yang besar tersebut, penulis Ibrani juga memberikan arahan tentang
sikap yang harus dimiliki setiap orang percaya untuk menghadap Allah dalam
beribadah yaitu:
1.
Menghadap Allah dengan hati tulus dalam iman yang teguh (ayat 22)
Kata “menghadap Allah” memiliki makna: “Datang terus-menerus
kepada Allah” dengan leluasa (band. Ayat 25). Bagaimana cara menghadap Allah itu?
Akses yang sudah dibuka oleh Tuhan Yesus bukan berarti
membuat kita bisa sembarangan mendekat kepada Allah. Setiap
kali ibadah, kita harus mendekat dengan “hati yang tulus ikhlas” atau
dengan hati yang benar, maksud (motivasi) yang sungguh-sungguh, hati
yang telah disucikan dan Iman yang teguh atau kepercayaan yang mutlak adalah kepada
Allah yang berkuasa dan dapat diandalkan.
2.
Memegang teguh pengakuan pengharapan (ayat 23)
Pada zaman itu banyak sekali ajaran sesat dan tidak benar yang membingungkan
mereka. Karena ituorang Kristen diminta untuk tatap teguh dalam ajaran
Kristus; tidak tergoyahkan oleh berbagai ajaran yang menyesatkan. Selain berhadapan dengan pengajaran sesat, umat Tuhan pada waktu juga mengalami ketidak-nyamanan oleh karena berbagai perlakukan buruk; tekanan;
dan ketidak-adilan akibat iman percaya mereka, maka keteguhan iman mereka itu
haruslah ditopang dengan pengharapan bahwa TUHAN, Allah mereka adalah Pribadi
Mahakuasa yang setia dan tidak akan meninggalkan mereka.
3.
Saling memperhatikan dan mendorong
dalam kasih dan perbuatan baik (ayat 24)
Kitab Ibrani juga menyatakan bahwa menghadap Allah itu juga
harus dilakukan dengan cara saling memperhatikan orang lain (ay.24). Saling menopang
(memberikan semangat atau memberikan dorongan). Tujuan dari
tindakan ini adalah untuk mendorong dalam kasih dan perbuatan baik. Banyak
orang memahami bahwa menghadap Allah berarti memberikan perhatian khusus kepada
Allah saja. Namun bacaan kita saat ini mengingatkan bahwa barang siapa
menghadap Allah, ia seharusnya tidak mengabaikan sesama dalam hal berbuat
baik kepada mereka. Dalam Ibadah bukan hanya terjalin hubungan dengan
Allah, tapi juga hubungan baik dengan sesama. Dengan kesadaran
tersebut maka orang percaya dituntut untuk saling
memperhatikan, saling menopang, mendorong dan memberikan semangat bukan
mengejek atau memojokkan orang yang kekurangan atau mengalami kelemahan baik
jasmani maupun rohani semuanya untuk kecintaan dan kebaikan dalam kasih Tuhan
Yesus.
4. Marilah kita saling
mengingatkan atau menasehati menjelang hari Tuhan (ayat 25)
Dari ayat 25 ini,
kemungkinan besar ada orang-orang diantara mereka yang telah meninggalkan
kebiasan untuk bersekutu. Mereka mengganggap diri sebagai orang Kristen, namun
meninggalkan ibadah dengan umat Allah di rumah Allah pada hari ibadah. Memang
banyak alasan seseorang tidak lagi beribadah, tetapi penulis ingin kita saling
mengingatkan. Di sisi lain penulis juga menyatakan bahwa tindakan saling memperhatikan satu dengan yang lain
untuk membangkitkan kasih dan perbuatan baik itu tidak akan tercapai apabila
kita menjauhkan diri dari pertemuan ibadah.
Marilah kita
membangun kehidupan persekutuan yang saling mengingatkan untuk pertumbuhan
kerohanian bersama dan untuk kemuliaan nama Tuhan. Oleh karena itu, jika kita
ini adalah orang percaya yang bertumbuh, seharusnya kita beribadah bukan hanya
karena apa yang dapat kita peroleh, tetapi karena apa yang dapat kita lakukan
untuk Allah dan sesama serta saling mengingatkan supaya tidak menjauhkan diri
dari pertemuan-pertemuan ibadah kita. Tema gereja kita bulan Juli ini, Tuhan
Yesus Dalam Gerejaku. Coba bayangkan, andaikata gereja membuang atau
menyingkirkan Tuhan Yesus, kira-kira apa yang ada dalam gereja? Apa yang terjadi? Dan apa yang tersisa? Semoga
dalam kehidupan bergereja, kita tetap menundukkan diri dan taat kepada Tuhan
Yesus. Amin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar