ALAMAT GEREJA

Jl. Semeru 30 | Jl. Arif Margono 18
Telp. (0341) 366099 | (0341) 361949 | Fax. (0341) 325597
Email: gkkkmalang@yahoo.com | Admin blog: gielmanogi@gmail.com


Sabtu, 20 Juli 2013

Ringkasan Khotbah - Yesus Tuhan Dalam Gerejaku

Yesus Tuhan Dalam Gerejaku
Ibrani 10:19-25

Ringkasan Khotbah Pdt. Titus Liem – Minggu, 14 Juli 2013

Dari bagian firman Tuhan tersebut di atas, penulis surat Ibrani ingin menjelaskan betapa “istimewanya” Ibadah yang dilakukan oleh orang Kristen hari ini jika dibandingkan dengan tata ibadah yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi di Bait Allah seperti di Perjanjian Lama. Bait Allah pada waktu itu terbagi atas ruang kudus dan ruang maha kudus yang dipisahkan oleh tirai dan hanya Imam besarlah yang boleh masuk ke sana untuk mempersembahkan kurban dan berbicara kepada Allah mewakili umat-Nya. Jadi orang Israel hanya boleh sampai di pelataran saja dan tidak memiliki akses langsung untuk datang kepada Allah. Bahkan seorang Imam-pun juga  tidak boleh sembarangan dalam melakukan tugasnya jika mereka melanggar maka kematian yang menjadi resikonya. Sebagai contoh seperti yang tertulis dalam Imamat 10:1-3 tentang Nadab dan Abihu.
Itu sebanya penulis Ibrani melihat ada alasan yang sangat kuat hari ini untuk beribadah dengan penuh ucapan syukur seperti yang dikatakan di ayat 19-21. Di sana dikatakan bahwa oleh darah Yesus, (kematian Tuhan Yesus di kayu salib yang mempersembahkan tubuh, darahnya sebagai persembahan kurban yang sempurna untuk selamanya ( Ibrani 10 : 10-14 ) maka jalan baru itu telah tersedia, yang kita bisa masuk ke tempat Kudus dan bahkan ke tempat Maha Kudus. Orang yang percaya dapat secara langsung mendekatkan diri kepada Allah dan berjumpa dengan Allah. Melalui darah Tuhan Yesus, tabir yang berfungsi sebagai pemisah antara tempat Kudus dan Maha Kudus terbelah menjadi dua. (Matius 27:51; Markus 15:38; Lukas 23:45).
Berdasarkan alasan tersebut maka setiap ibadah yang kita lakukan adalah anugerah yang Tuhan Yesus Kristus berikan untuk kita, orang percaya. Menyadari bahwa ibadah adalah anugerah, seharusnya membuat kita semakin mengucap syukur atas pengorbanan Yesus di kayu Salib, sehingga kita tidak menyia-nyiakan setiap kesempatan beribadah yang Tuhan Yesus berikan kepada kita. Jika demikian, apakah ibadah yang saudara jalani saat ini, masihkah disertai dengan penuh rasa syukur atau sekedar rutinitas mingguan sebagai orang Kristen? Apakah saudara masih memiliki gairah untuk datang ke rumah Tuhan pada hari minggu? Atau sekedar merasa tidak enak jika tidak beribadah pada hari minggu?
Selain menghargai anugerah yang besar tersebut, penulis Ibrani juga memberikan arahan tentang sikap yang harus dimiliki setiap orang percaya untuk menghadap Allah dalam beribadah yaitu:
1.       Menghadap Allah dengan hati tulus dalam iman yang teguh (ayat 22)
Kata “menghadap Allah” memiliki makna: “Datang  terus-menerus kepada Allah” dengan leluasa (band. Ayat 25). Bagaimana cara menghadap Allah itu? Akses yang sudah dibuka oleh Tuhan Yesus bukan berarti membuat kita bisa sembarangan mendekat kepada Allah. Setiap kali ibadah, kita harus mendekat dengan “hati yang tulus ikhlas” atau dengan hati yang benar, maksud (motivasi) yang sungguh-sungguh, hati yang telah disucikan dan Iman yang teguh atau kepercayaan yang mutlak adalah kepada Allah yang berkuasa dan dapat diandalkan.
2.       Memegang teguh pengakuan pengharapan (ayat 23)
Pada zaman itu banyak sekali ajaran sesat dan tidak benar yang membingungkan mereka. Karena ituorang Kristen diminta untuk tatap teguh dalam ajaran Kristus; tidak tergoyahkan oleh berbagai ajaran yang menyesatkan. Selain berhadapan dengan pengajaran sesat, umat  Tuhan pada waktu juga mengalami ketidak-nyamanan oleh karena berbagai perlakukan buruk; tekanan; dan ketidak-adilan akibat iman percaya mereka, maka keteguhan iman mereka itu haruslah ditopang dengan pengharapan bahwa TUHAN, Allah mereka adalah Pribadi Mahakuasa yang setia dan tidak akan meninggalkan mereka.
3.       Saling memperhatikan dan mendorong dalam kasih dan perbuatan baik (ayat 24)
Kitab Ibrani juga menyatakan bahwa menghadap Allah itu juga harus dilakukan dengan cara saling memperhatikan orang lain (ay.24). Saling menopang (memberikan semangat atau memberikan dorongan). Tujuan dari tindakan ini adalah untuk mendorong dalam kasih dan perbuatan baik. Banyak orang memahami bahwa menghadap Allah berarti memberikan perhatian khusus kepada Allah saja. Namun bacaan kita saat ini mengingatkan bahwa barang siapa menghadap Allah, ia seharusnya tidak mengabaikan sesama dalam hal berbuat baik kepada mereka. Dalam Ibadah bukan hanya terjalin hubungan dengan Allah, tapi juga hubungan baik dengan sesama. Dengan kesadaran tersebut maka orang percaya dituntut untuk saling memperhatikan, saling menopang, mendorong dan memberikan semangat bukan mengejek atau memojokkan orang yang kekurangan atau mengalami kelemahan baik jasmani maupun rohani semuanya untuk kecintaan dan kebaikan dalam kasih Tuhan Yesus.
4.       Marilah kita saling mengingatkan atau menasehati menjelang hari Tuhan (ayat 25)
Dari ayat 25 ini, kemungkinan besar ada orang-orang diantara mereka yang telah meninggalkan kebiasan untuk bersekutu. Mereka mengganggap diri sebagai orang Kristen, namun meninggalkan ibadah dengan umat Allah di rumah Allah pada hari ibadah. Memang banyak alasan seseorang tidak lagi beribadah, tetapi penulis ingin kita saling mengingatkan. Di sisi lain penulis juga menyatakan bahwa tindakan saling memperhatikan satu dengan yang lain untuk membangkitkan kasih dan perbuatan baik itu tidak akan tercapai apabila kita menjauhkan diri dari pertemuan ibadah.
Marilah kita membangun kehidupan persekutuan yang saling mengingatkan untuk pertumbuhan kerohanian bersama dan untuk kemuliaan nama Tuhan. Oleh karena itu, jika kita ini adalah orang percaya yang bertumbuh, seharusnya kita beribadah bukan hanya karena apa yang dapat kita peroleh, tetapi karena apa yang dapat kita lakukan untuk Allah dan sesama serta saling mengingatkan supaya tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita. Tema gereja kita bulan Juli ini, Tuhan Yesus Dalam Gerejaku. Coba bayangkan, andaikata gereja membuang atau menyingkirkan Tuhan Yesus, kira-kira apa yang ada dalam gereja?  Apa yang terjadi? Dan apa yang tersisa? Semoga dalam kehidupan bergereja, kita tetap menundukkan diri dan taat kepada Tuhan Yesus. Amin!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar